Review ini (sebenarnya) dibuat untuk event Baca dan Posting Bareng BBI 2014 dengan tema bulan Juni: Sastra Asia--tapi terus kelupaan karena sibuk, padahal bacanya sudah selesai dari pertengahan bulan, jadi yah, dibikin saja sekarang walau sudah sangat telat tapi nggak didaftarin.
Judul : One Amazing Thing
Penulis : Chitra Banerjee Divakaruni
Penerbit : Qanita
Tahun cetakan : 2011
Jenis : Paperback
ISBN : 9786028579612
Rating : 4/5
Setelah tahun lalu berkesempatan mengintip karya Jhumpa Lahiri, The Lowland, saya jadi kepincut dengan sastra India. Saya coba lirik sana-sini, lalu ketemulah nama Chitra Banerjee Divakaruni. Sebagian besar review teman-teman saya di GR menilai buku-bukunya dengan rating yang baik, dan review mereka membuat saya tertarik membaca karyanya, apalagi setelah saya lihat, tulisan Divakaruni banyak terfokus pada sudut pandang tokoh perempuan India. Saya kira buku-bukunya harus saya baca dalam format ebook, tapi ternyata begitu saya menyambangi tempat diskon abadi favorit saya, Gramedia Depok basemen, ada buku ini dengan harga yang tak tanggung-tanggung murahnya. Beginilah kalau namanya jodoh.
Satu Hari di Kantor Permohonan Visa
Kantor Permohonan Visa India bergerak dalam tempo yang lambat. Orang-orang yang ingin mengurus visa menuju India sudah berkumpul sejak jam 9 pagi, tapi hingga jam makan siang antrean masih juga panjang. Uma, anak perempuan keturunan asli India yang lahir dan besar di Amerika, adalah salah satu orang yang hari itu datang ke sana untuk mengurus visanya demi kepentingan liburan. Seumur hidup ia tak pernah menjejakkan kakinya ke India, tapi karena orangtuanya begitu berkeras ingin menunjukkan India padanya, akhirnya ia merelakan liburan bersama pacarnya untuk terbang ke negara yang menurutnya tidak modern tersebut.
Tapi semua rencananya harus menghadapi halangan ketika gempa bumi dahsyat mengguncang Kantor Permohonan Visa, menyebabkan Uma dan delapan orang lainnya terjebak di dalam reruntuhan. Dengan dipandu oleh Cameron, pria kulit hitam yang terbiasa menangani bencana gempa bumi saat masa dinas militernya, mereka harus berusaha menyingkirkan perbedaan pendapat di antara mereka dan berjuang bersama untuk tetap hidup hingga bala bantuan datang. Untuk menghindari pertikaian selama menunggu bantuan, Uma mengajak kedelapan orang tersebut untuk masing-masing menceritakan satu kisah berarti dalam hidup mereka. Maka di balik puing-puing reruntuhan bangunan, di antara ketidakpastian akan hidup dan mati, sembilan cerita bergaung di udara.
Dua Belas Jam di Bawah Reruntuhan
One Amazing Thing adalah karya Divakaruni pertama yang saya baca, jadi saya agak ragu apakah saya akan suka, apalagi terjemahan. Sepertiga bagian awal buku ini terasa membosankan dengan kejadian yang sebenarnya datar-datar saja namun penuh detil deskripsi dan minim dialog, ditambah dengan sudut pandang yang cepat berpindah-pindah. Tapi memasuki sepertiga bagian kedua, suasana buku sudah mulai 'ramai' dengan suara-suara dari kesembilan karakter yang saling bersitegang, dan memasuki sepertiga bagian akhir, di bagian cerita individual, baru terasa greget dari cerita ini.
Meskipun demikian, saya harus mengakui kalau gaya bercerita Divakaruni sangat enak untuk diikuti. Lugas namun indah. Terjemahannya pun enak. Karakter-karakternya pun awalnya terkesan begitu stereotipikal, tapi semakin ke belakang semakin terasa kompleks: ada Uma si gadis asli India yang tak pernah mengenal negerinya, Cameron si mantan prajurit, Tariq si pemuda India Islam, Jiang si nenek Cina yang lahir dan besar di India bersama cucu punk-nya Lily, pasangan Amerika Mr. Pritchett yang ingin ke India untuk 'mengobati' Mrs. Pritchett, Malathi si pegawai administrasi visa yang punya affair dengan Mr. Mangalam, manajernya. Saya paling tertarik dengan karakter Mr. Pritchett dan Tariq, yang pertama karena tokohnya begitu kaku dan yang kedua karena saya penasaran dengan penggambaran Islam di dalam cerita ini.
Isu yang diangkat dalam cerita ini ada cukup banyak, mulai dari diskriminasi rasial, gender dan agama, hubungan romansa, trauma, hingga masalah rumah tangga. Tadinya saya pikir dengan sebegitu banyak isu, penjabaran isunya tidak akan mumpuni, tapi ternyata saya salah. Divakaruni mempunyai sudut pandang dan pengetahuan yang jelas mengenai isu-isu yang diangkatnya dan menorehkannya di atas kertas tanpa terasa menggurui hingga pembaca bisa dengan mudah larut di dalam kisah-kisah dan opininya. Untuk masalah cerita individual, saya paling ngenes sama cerita Mr. Pritchett, dan paling menikmati cerita Lily dan Malathi.
Sembilan Cerita Kehidupan
Saya cukup tidak menyangka akan menyukai cerita ini, yang isi (utamanya) adalah mengenai sembilan kisah orang asing di tengah upaya survival. Tapi ternyata Divakaruni berhasil melakukan eksplorasi yang apik pada kisah dan sifat masing-masing karakter, membuat cerita ini sebuah page-turner yang menyenangkan sekaligus mengharukan. Saya sangat menikmati cerita ini dan berencana membaca karya-karya Divakaruni yang lain.
Comments
Post a Comment