Penulis: Sitta Karina
Penerbit: Literati
Tahun cetakan: 2015
Jenis: Paperback
Tebal: 546 halaman
ISBN: 9786028740425
Ksatria dan Putri
Saat teman-teman satu kompleksnya sibuk membicarakan bidadari mungil yang baru saja pindah ke kompleks mereka, awalnya Diaz sama sekali tidak tertarik. Bagaimana pun, dia masih dirundung patah hati setelah dikhianati oleh pacarnya, Anggia, karena sikapnya yang dianggap 'dingin'. Tapi setelah bidadari mungil yang menjadi rumor itu hampir menabraknya di tengah hari berhujan, Diaz menyadari bahwa gadis itu mungkin bisa membantunya menjadi laki-laki yang lebih baik di depan perempuan.
Sisy masih SMA, imut dan mungil, tidak bisa berkata tidak, lugu, serta pandai memasak. Semua kualitas ini membuat banyak laki-laki tertarik padanya. Tapi yang bisa menarik perhatiannya adalah Diaz, laki-laki bermata sendu yang ketus dan tiba-tiba tertarik menjadi abangnya. Baik Sisy maupun Diaz nyaman dengan status mereka sebagai 'abang-adik' walau semua orang yang mendengarnya tidak pernah percaya dan kerap mencibir mereka. Bagi Sisy, Diaz adalah pengganti kakaknya yang telah meninggal. Bagi Diaz, Sisy adalah teman latihannya. Tentunya laki-laki dan perempuan bisa menjadi dekat tanpa status pacaran, bukan?
Baru dan Lama
Dimulai dengan Dunia Mara, Penerbit Literati rencananya akan menerbitkan ulang seri Hanafiah dengan tema kover senada. Lukisan Hujan ini pertama saya baca jaman SMA, hasil minjam jangka lama sampai hapal isinya luar kepala sama sahabat setia. Tapi setelah lulus dari masa bokek-anak-sekolah, buku ini--juga seri Hanafiah yang lain--ternyata sudah out of print. Jadi begitu ada kabar kalau Hanafiah mau diterbitkan ulang, I just need to have it no matter what.
Apa yang berbeda dari Lukisan Hujan versi baru dan lama? Apa cuma ganti kover dan penerbit saja? Nope. Pembaca lama Hanafiah, silakan beli lagi versi baru novel ini, karena selain ganti kover, ternyata dilakukan perombakan besar-besaran juga terhadap kontennya. Tidak sampai mengubah alur cerita, hanya diperbaiki dan ditambahi serta dimodifikasi di sana-sini. Saya terutama senang sekali dengan usaha modifikasi detail Sitta Karina yang membuat kisah ini jadi mempunyai nuansa masa kini meski kisah aslinya sangat kental dengan budaya remaja pada masa awal terbitnya (fenomena abang-adik ketemu gede, anyone?).
Ada beberapa bagian yang juga dikembangkan, dan saya suka perkembangan-perkembangan kecil ini. Di satu sisi, perkembangan ini menambah shading a new light untuk beberapa karakter yang di versi awalnya masih terasa one-dimensional (Fey, Anggia, Igo). Saya paling senang dengan perkembangan Anggia yang jadi lebih banyak dibahas pola pikirnya, walau resolusinya terasa jadi lebih pendek dan menggantung. Soal resolusi Anggia, saya lebih suka di versi lamanya, terutama saat perbincangannya dengan Nara diperlihatkan. Adegan itu dulu sukses memberikan impact bagi saya, membuat saya jadi penggemar certain Carlo Andara Hanafiah sampai sekarang, jadi lumayan merasa sayang ketika tidak melihat hal itu lagi di versi yang baru.
Di sisi lain, dari segi penulisan entah kenapa rasanya di versi baru cenderung lebih terburu-buru dan seolah dipadatkan, dengan banyak menggunakan telling daripada showing, jadi adegan-adegannya tidak mengalir seluwes versi lama. Ciri khas tulisan Sitta yang paling membuat saya terpikat adalah caranya memberi tahu pembaca tentang sifat-sifat karakternya tanpa perlu disebutkan dengan jelas (Diaz yang ketus, Reno yang playboy, Nara yang slick and sly), biasanya dengan dialog-dialog atau gestur karakter. Kualitas itu yang membuat saya setia membaca buku-buku Sitta Karina meski genre teenlit/YA biasanya bukan termasuk cup-of-tea saya. Dunia Mara masih terasa seperti itu, tapi kualitas ini saya rasakan agak menghilang di Lukisan Hujan versi baru dengan banyaknya telling tidak efektif yang muncul di sepanjang cerita. Terlepas dari itu, gaya ngepop khas Sitta Karina yang apik dan tidak cenderung overdone seperti kebanyakan penulis pop sekarang masih terus memenangkan hati saya.
Di sisi lain, dari segi penulisan entah kenapa rasanya di versi baru cenderung lebih terburu-buru dan seolah dipadatkan, dengan banyak menggunakan telling daripada showing, jadi adegan-adegannya tidak mengalir seluwes versi lama. Ciri khas tulisan Sitta yang paling membuat saya terpikat adalah caranya memberi tahu pembaca tentang sifat-sifat karakternya tanpa perlu disebutkan dengan jelas (Diaz yang ketus, Reno yang playboy, Nara yang slick and sly), biasanya dengan dialog-dialog atau gestur karakter. Kualitas itu yang membuat saya setia membaca buku-buku Sitta Karina meski genre teenlit/YA biasanya bukan termasuk cup-of-tea saya. Dunia Mara masih terasa seperti itu, tapi kualitas ini saya rasakan agak menghilang di Lukisan Hujan versi baru dengan banyaknya telling tidak efektif yang muncul di sepanjang cerita. Terlepas dari itu, gaya ngepop khas Sitta Karina yang apik dan tidak cenderung overdone seperti kebanyakan penulis pop sekarang masih terus memenangkan hati saya.
Hanafiah Pertama
Selain segala perubahan itu, yang terlihat jelas berubah adalah posisi novel Lukisan Hujan ini. Di versi lama, Lukisan Hujan lebih terasa seperti buku yang berdiri sendiri--begitu juga buku-buku selanjutnya sampai buku keempat Hanafiah yang selanjutnya mulai berjalan pada satu lini misteri utama. Sebelumnya, Lukisan Hujan hanya seperti cerita tunggal tentang salah satu anak dalam keluarga terpandang Hanafiah, tidak ada hints mengenai akan adanya sekuel atau tentang adanya misteri yang menjadi konflik utama dalam seri, membuat seri ini menjadi seri lepasan yang hanya terkait pada nama Hanafiah dan tidak akan masalah membaca satu buku tanpa membaca yang lainnya.
Di versi baru ini, Sitta Karina mengubah posisi Lukisan Hujan menjadi lebih menghayati titel buku pertama dari seri Hanafiah dengan tambahan beberapa adegan yang sepertinya akan menjadi lini misteri utama konflik ini. Bagi yang sudah membaca Dunia Mara mungkin sudah menyadari misteri apa yang hendak dibangun oleh Sitta Karina berkaitan dengan seri ini, dan saya sangat tidak sabar menunggu bagaimana misteri ini dimainkan di buku-buku selanjutnya. Dalam aspek ini, saya salut dengan cara Sitta membuat Lukisan Hujan sebagai kickstarter seri Hanafiah.
Awalnya sempat agak kecewa karena di versi ini Hanafiah kesannya tidak sekuat di versi yang lama, dimana karakter individual para Hanafiah langsung tercermin dan memikat fanbase. Hanafiah yang paling berperan banyak di sini adalah Nara, dengan sikap misteriusnya itu. Sebenarnya menurut saya porsi Nara di sini terlalu banyak, terutama karena buku selanjutnya bukan tentang dirinya dan penyelesaian sementara Nara di buku ini terasa terlalu mudah untuk menjawab segala kemisteriusannya, jadi untuk pembaca baru mungkin kehadiran Nara akan lebih terasa annoying daripada misterius. Tapi mungkin ini memang siasat Sitta Karina dalam mengolah pribadi Nara dan karena Nara adalah Hanafiah terfavorit sejak awal, jadi saya tidak sebegitunya protes dia banyak muncul.malah girang bukan main. hihihi.
Haruskah membeli versi ini?
Definitely yes. Karena dengan segala revisinya itu, membaca versi yang baru akan terasa seperti membaca cerita lain dengan tema yang sama seperti versi lama. Plot tetap, adegan-adegan tetap, tapi nuansa keseluruhannya berbeda. Ditambah lagi dengan banyaknya hints yang mungkin akan menjawab (atau memberi kecurigaan awal) tentang Sword's Tears yang saya yakin memancing rasa penasaran banyak pembaca lama seri Hanafiah.
Pembaca baru pun saya rasa akan dengan mudah menyukai buku ini. Gaya ngepop Sitta Karina asyik untuk dinikmati pembaca era kapan pun, terutama setelah banyaknya revisi di versi ini yang membuat nuansa ceritanya jadi lebih update dan cocok untuk dibaca di masa sekarang.
And look at those gorgeous covers! Aren't they just scream for you to collect 'em all?
Di versi baru ini, Sitta Karina mengubah posisi Lukisan Hujan menjadi lebih menghayati titel buku pertama dari seri Hanafiah dengan tambahan beberapa adegan yang sepertinya akan menjadi lini misteri utama konflik ini. Bagi yang sudah membaca Dunia Mara mungkin sudah menyadari misteri apa yang hendak dibangun oleh Sitta Karina berkaitan dengan seri ini, dan saya sangat tidak sabar menunggu bagaimana misteri ini dimainkan di buku-buku selanjutnya. Dalam aspek ini, saya salut dengan cara Sitta membuat Lukisan Hujan sebagai kickstarter seri Hanafiah.
Awalnya sempat agak kecewa karena di versi ini Hanafiah kesannya tidak sekuat di versi yang lama, dimana karakter individual para Hanafiah langsung tercermin dan memikat fanbase. Hanafiah yang paling berperan banyak di sini adalah Nara, dengan sikap misteriusnya itu. Sebenarnya menurut saya porsi Nara di sini terlalu banyak, terutama karena buku selanjutnya bukan tentang dirinya dan penyelesaian sementara Nara di buku ini terasa terlalu mudah untuk menjawab segala kemisteriusannya, jadi untuk pembaca baru mungkin kehadiran Nara akan lebih terasa annoying daripada misterius. Tapi mungkin ini memang siasat Sitta Karina dalam mengolah pribadi Nara dan karena Nara adalah Hanafiah terfavorit sejak awal, jadi saya tidak sebegitunya protes dia banyak muncul.
Haruskah membeli versi ini?
Definitely yes. Karena dengan segala revisinya itu, membaca versi yang baru akan terasa seperti membaca cerita lain dengan tema yang sama seperti versi lama. Plot tetap, adegan-adegan tetap, tapi nuansa keseluruhannya berbeda. Ditambah lagi dengan banyaknya hints yang mungkin akan menjawab (atau memberi kecurigaan awal) tentang Sword's Tears yang saya yakin memancing rasa penasaran banyak pembaca lama seri Hanafiah.
Pembaca baru pun saya rasa akan dengan mudah menyukai buku ini. Gaya ngepop Sitta Karina asyik untuk dinikmati pembaca era kapan pun, terutama setelah banyaknya revisi di versi ini yang membuat nuansa ceritanya jadi lebih update dan cocok untuk dibaca di masa sekarang.
And look at those gorgeous covers! Aren't they just scream for you to collect 'em all?
Comments
Post a Comment