Judul: Inteligensi Embun Pagi (Supernova #6)
Penulis: Dee Lestari
Penerbit: Bentang
Tahun cetakan: 2016
Jenis: ebook
Tebal: 724 halaman
ISBN: 9786022911319
Perhatian: Ulasan berikut ini mungkin akan mengandung spoiler terhadap keseluruhan novel dan seri Supernova, karena tujuan ulasan ini dibuat adalah sebagai analisis singkat terhadap seri Supernova serta usaha pemberian penjelasan bagi pembaca yang belum bisa memahami hal-hal yang terjadi dalam Inteligensi Embun Pagi.
Bagi yang belum membaca, Inteligensi Embun Pagi bisa dipinjam dan dibaca melalui aplikasi iJakarta.
Perhatian: Ulasan berikut ini mungkin akan mengandung spoiler terhadap keseluruhan novel dan seri Supernova, karena tujuan ulasan ini dibuat adalah sebagai analisis singkat terhadap seri Supernova serta usaha pemberian penjelasan bagi pembaca yang belum bisa memahami hal-hal yang terjadi dalam Inteligensi Embun Pagi.
Bagi yang belum membaca, Inteligensi Embun Pagi bisa dipinjam dan dibaca melalui aplikasi iJakarta.
Kisah Akhir Supernova
Setelah masa penantian panjang, terutama bagi penggemar yang telah mengikuti sejak gelombang trilogi pertama di tahun 2001-2004 dan ikut terombang-ambing hiatus selama delapan tahun sebelum gelombang trilogi terakhirnya muncul, akhirnya perjalanan itu selesai di Inteligensi Embun Pagi. Dengan satu-satunya sampul buku yang putih. *sisi kompulsif dalam diri saya meraung tak terima*
Tidak seperti buku sebelumnya yang membahas khusus mengenai satu orang, di buku ini semua karakter dari seri sebelumnya ditumpahkan dalam penjelasan dan penjabaran misteri sepanjang 700-an halaman yang penuh ketegangan. Bagi yang mengira buku ini akan bercerita mengenai siapa pun orang terakhir yang akan melengkapi jawaban mereka semua, sayang sekali harapan itu tidak akan terpenuhi. Ini adalah buku jawaban, bukan lagi buku pertanyaan.
Fokus kisah utama di novel ini dibagi ke dalam dua grup besar: kelompok Gio dan kelompok Alfa. Kisah dibuka dengan petualangan Gio di Urubamba untuk mencari tahu mengenai makna empat batu yang didapatkannya sebelumnya. Melalui upacara Ayahuasca, Gio dijelaskan mengenai takdir dirinya sebagai salah seorang Peretas--jenis hybrid antara dewa dan manusia dari gugus Asko yang memiliki tugas untuk memberikan pencerahan spiritual di dunia. Dengan pengetahuna tersebut, Gio si embun pagi kembali ke Indonesia untuk mencari teman-teman gugusnya yang lain.
Di sisi lain, Alfa pun kembali ke Indonesia bersama Kell. Kell memberinya pilihan untuk ke Jakarta atau ke Bandung lebih dulu untuk mengumpulkan teman-temannya. Karena kondisi teman-teman gugusnya yang berada di Bandung--Elektra dan Bodhi--lebih kritis dibanding Gio dan Zarah, maka Alfa menuju ke Bandung untuk menyelamatkan mereka. Sementara itu, Gio memecahkan misteri mengenai Sarvara, Peretas, dan Infiltran melalui satu-satunya kontak yang diberikan Diva padanya: Reuben dan Dimas. Mereka semua harus berpacu dengan waktu sebelum para Sarvara menggagalkan tugas gugus mereka.
Tidak seperti buku sebelumnya yang membahas khusus mengenai satu orang, di buku ini semua karakter dari seri sebelumnya ditumpahkan dalam penjelasan dan penjabaran misteri sepanjang 700-an halaman yang penuh ketegangan. Bagi yang mengira buku ini akan bercerita mengenai siapa pun orang terakhir yang akan melengkapi jawaban mereka semua, sayang sekali harapan itu tidak akan terpenuhi. Ini adalah buku jawaban, bukan lagi buku pertanyaan.
Fokus kisah utama di novel ini dibagi ke dalam dua grup besar: kelompok Gio dan kelompok Alfa. Kisah dibuka dengan petualangan Gio di Urubamba untuk mencari tahu mengenai makna empat batu yang didapatkannya sebelumnya. Melalui upacara Ayahuasca, Gio dijelaskan mengenai takdir dirinya sebagai salah seorang Peretas--jenis hybrid antara dewa dan manusia dari gugus Asko yang memiliki tugas untuk memberikan pencerahan spiritual di dunia. Dengan pengetahuna tersebut, Gio si embun pagi kembali ke Indonesia untuk mencari teman-teman gugusnya yang lain.
Di sisi lain, Alfa pun kembali ke Indonesia bersama Kell. Kell memberinya pilihan untuk ke Jakarta atau ke Bandung lebih dulu untuk mengumpulkan teman-temannya. Karena kondisi teman-teman gugusnya yang berada di Bandung--Elektra dan Bodhi--lebih kritis dibanding Gio dan Zarah, maka Alfa menuju ke Bandung untuk menyelamatkan mereka. Sementara itu, Gio memecahkan misteri mengenai Sarvara, Peretas, dan Infiltran melalui satu-satunya kontak yang diberikan Diva padanya: Reuben dan Dimas. Mereka semua harus berpacu dengan waktu sebelum para Sarvara menggagalkan tugas gugus mereka.
Manunggaling Kawula Gusti Rasa Alien
Sejak buku pertama, Dee mengajak kita untuk menggugat banyak hal. Di buku pertama kita diajak menggugat sains, sementara buku kedua hingga kelima kita diajak menggugat perkara ketuhanan superfisial dalam agama-agama yang ada di Indonesia. Buku terakhir ini kita tidak akan lagi menggugat. Kita akhirnya mendapat jawaban utama dari semua gugatan itu, yaitu ajaran bernama spiritualisme universal.
Apa itu spiritualisme universal? Spiritualisme universal adalah ajaran bahwa "pada hakikatnya setiap manusia, terlepas dari agama dan kepercayaannya, meyakini bahwa tujuan mereka di dunia adalah untuk mencari dan mengenali tuhan dalam dirinya sendiri." Ajaran ini banyak mengambil unsur utamanya dari sistem karma Hindu-Buddha, yang kemudian dileburkan dengan spiritualisme dari agama dan kepercayaan yang lain, seperti Islam Sufistik atau Kristen Spiritualis. Spiritualisme universal ini sebagian besar digunakan oleh para yogic (praktisi yoga) yang lebih cenderung pada spiritualisme dibanding label ajaran agama tertentu.
Dalam spiritualisme universal, setiap manusia berawal dari "ruh ilahiah" atau pancaran ilahi yang diturunkan ke bumi dan dibungkus oleh zat materi duniawi berbentuk raga jasmani. Zat materi duniawi ini awalnya berfungsi untuk menampung dan mengembangkan pancaran ilahiah lain, namun keberadaannya yang seperti kepompong seringkali justru membuat manusia lupa akan identitas ilahiahnya hingga dia terjerat dalam penjara samsara (perputaran karma). Tujuan spiritualisme universal adalah untuk membebaskan diri dari jerat samsara (moksa) dan kembali mengingat ruh ilahiahnya.
Tak hanya di India, yang menjadi sumber spiritualisme tertua di dunia, Indonesia pun mengenal ajaran-ajaran spiritualisme. Rakyat Jawa mengenal prinsip Manunggaling Kawula Gusti dalam ajaran Kejawen, yang memahami bahwa dualisme manusia dan tuhan, bumi dan langit, hanyalah sebuah ilusi karena sesungguhnya manusia dan tuhan adalah satu. Manusia merupakan sebagian dari pancaran ilahi tuhan, karena itulah manusia juga memiliki ruh tuhan dalam dirinya sendiri. Ajaran ini kemudian ditegaskan lagi oleh Syekh Siti Jenar, dan membuatnya dianggap sesat oleh Walisongo, tetapi kembali ditegaskan di era Jawa Baru oleh pujangga anonim dalam Serat Gatholoco. Di abad millenium, Dee kembali mengangkat ajaran ini dalam bentuk seri novel fantasi/scifi dengan cita rasa khas perburuan alien.
Sejak buku pertama, Dee mengajak kita untuk menggugat banyak hal. Di buku pertama kita diajak menggugat sains, sementara buku kedua hingga kelima kita diajak menggugat perkara ketuhanan superfisial dalam agama-agama yang ada di Indonesia. Buku terakhir ini kita tidak akan lagi menggugat. Kita akhirnya mendapat jawaban utama dari semua gugatan itu, yaitu ajaran bernama spiritualisme universal.
Apa itu spiritualisme universal? Spiritualisme universal adalah ajaran bahwa "pada hakikatnya setiap manusia, terlepas dari agama dan kepercayaannya, meyakini bahwa tujuan mereka di dunia adalah untuk mencari dan mengenali tuhan dalam dirinya sendiri." Ajaran ini banyak mengambil unsur utamanya dari sistem karma Hindu-Buddha, yang kemudian dileburkan dengan spiritualisme dari agama dan kepercayaan yang lain, seperti Islam Sufistik atau Kristen Spiritualis. Spiritualisme universal ini sebagian besar digunakan oleh para yogic (praktisi yoga) yang lebih cenderung pada spiritualisme dibanding label ajaran agama tertentu.
Dalam spiritualisme universal, setiap manusia berawal dari "ruh ilahiah" atau pancaran ilahi yang diturunkan ke bumi dan dibungkus oleh zat materi duniawi berbentuk raga jasmani. Zat materi duniawi ini awalnya berfungsi untuk menampung dan mengembangkan pancaran ilahiah lain, namun keberadaannya yang seperti kepompong seringkali justru membuat manusia lupa akan identitas ilahiahnya hingga dia terjerat dalam penjara samsara (perputaran karma). Tujuan spiritualisme universal adalah untuk membebaskan diri dari jerat samsara (moksa) dan kembali mengingat ruh ilahiahnya.
"Mati yang seharusnya bukan urusan putusnya kesadaran dari tubuh. Mati adalah ketika lupa. Lupa kalau kita sebetulnya tidak harus jadi bagian dari penjara ini." (hal. 178)
Tak hanya di India, yang menjadi sumber spiritualisme tertua di dunia, Indonesia pun mengenal ajaran-ajaran spiritualisme. Rakyat Jawa mengenal prinsip Manunggaling Kawula Gusti dalam ajaran Kejawen, yang memahami bahwa dualisme manusia dan tuhan, bumi dan langit, hanyalah sebuah ilusi karena sesungguhnya manusia dan tuhan adalah satu. Manusia merupakan sebagian dari pancaran ilahi tuhan, karena itulah manusia juga memiliki ruh tuhan dalam dirinya sendiri. Ajaran ini kemudian ditegaskan lagi oleh Syekh Siti Jenar, dan membuatnya dianggap sesat oleh Walisongo, tetapi kembali ditegaskan di era Jawa Baru oleh pujangga anonim dalam Serat Gatholoco. Di abad millenium, Dee kembali mengangkat ajaran ini dalam bentuk seri novel fantasi/scifi dengan cita rasa khas perburuan alien.
Bukan Perkara Baik Melawan Jahat
Di Supernova, ruh ilahiah mewujud sebagai Sarvara, the higher being yang tak pernah bisa dipertanyakan sejak kapan ada di dunia. Peretas adalah manusia-manusia spesial yang mampu sadar akan kesejatian dirinya dengan dibantu oleh para ruh bumi alias Infiltran. Tugas para Peretas adalah untuk menjalankan sekuens takdir yang telah direncanakan selama bertahun-tahun, untuk nantinya mendatangkan Peretas Puncak. Apa dan siapakah Peretas Puncak ini, tidak dijelaskan secara gamblang oleh Dee, tapi menurut kesimpulan saya dari apa yang telah dijelaskan oleh para Infiltran mengenai Peretas Puncak, sepertinya akan menjadi semacam Nabi atau Manusia Penuntun Umat yang baru? Atau semacam itulah.
Nah, para Peretas ini bentuknya seperti koloni lebah: terbentuk dari gugus-gugus
Jadi, Sarvara jahat, dong, karena menghalangi manusia menyadari kesejatian dirinya? Menurut saya ini bukan perkara jahat atau baik. Ini hanya perkara pilihan: apakah manusia ingin kembali mengingat kesejatiannya dengan tuhan, ataukah dia ingin tetap lupa dan menjalani kehidupan dunia seperti manusia pada umumnya? Karena jika manusia menyadari kesejatian tersebut, mengikuti kehendak para Infiltran, mereka mungkin akan menjadi manusia yang tersisih dari manusia lain sementara harus terus terjerat dalam samsara. Contohnya seperti Syekh Siti Jenar yang harus dieksekusi karena dianggap sesat ajarannya. Sementara jika manusia hanya mengenal tuhan sebagai sesuatu yang ada di luar dirinya, mereka akan bebas memiliki individualisme dan menjalani hidupnya dengan bebas, meski dengan konsekuensi manusia tidak akan pernah bisa menyadari "siapa" diri mereka sebenarnya.
Supernova dan Perkara-perkara yang Tak Selesai
Meskipun teori yang hendak dijabarkan novel ini terasa luar biasa, tapi saat membacanya sendiri rasanya tak terlalu istimewa. Lebih dari 700 halaman dalam Inteligensi Embun Pagi hanya menceritakan rentang waktu sekitar paling lama dua minggu. Setiap halaman dipenuhi dengan adegan-adegan action super cepat, bolak-balik di sekitar Jawa Barat dan terakhir menclok di Medan. Tak ada banyak waktu untuk pengembangan karakter. Mungkin wajar, karena toh karakter setiap gugus sudah dieksplor di bukunya masing-masing. Kecuali Gio. Gio si anak tiri. Kasihan Gio dapat buku atas nama sandinya (embun pagi) tapi tugasnya hanya untuk
Selain itu, masih ada pertanyaan-pertanyaan yang tak terjawab--atau tak dijawab dengan memuaskan--dan hanya bisa dirangkai-rangkai sendiri. Seperti kenapa tiap gugus harus enam orang? Jawaban paling mudah yang bisa diberikan adalah karena segienam merupakan bentuk geometri paling kuat di dunia, terbukti dari sarang lebah madu yang begitu kokoh karena dindingnya dibangun dari heksagonal. Namun kemudian pertanyaan akan kembali muncul ketika sekuens untuk masuk ke Asko tidak dimulai atau diakhiri oleh Alfa sang pemimpin gugus, melainkan dimulai oleh Elektra dan diakhiri oleh Gio dengan urutan Elektra (Peretas Memori) --> Bodhi (Peretas Kisi) --> Alfa (Peretas Mimpi) --> Zarah (Peretas Gerbang) --> Gio (Peretas Kunci) dan Zarah serta Gio harus dibangkitkan bersama-sama.
Urutan yang aneh ini, serta fungsi-fungsi setiap Peretas, entah kenapa tidak dijelaskan, tapi saya kira ini ada hubungannya dengan proses pencerahan spiritualisme seperti yang dijelaskan dalam Serat Gatholoco. Di sana, dijelaskan bahwa untuk membangkitkan kesadaran spiritualisme, hal yang perlu dibangkitkan secara berurutan adalah ingatan (memori), kesadaran relatif (budhi), perasaan (emosi), dan terakhir adalah pikiran. Begitu empat itu terbuka, maka pancaran ilahiah akan bersatu dengan tubuh fana manusia. Elektra dan Bodhi semacam sudah jelas, sementara kenapa Alfa di urutan ketiga, kemungkinan itu karena hubungannya dengan Ishtar yang mewakili proses pembebasan perasaan. Zarah dan Gio adalah lingga-yoni mereka, tempat penyatuan itu terjadi dan lahir
Omong-omong mengenai Kesatria dan Putri, saya pernah mendengar Dee menyatakan bahwa Supernova: Kesatria, Puteri, dan Bintang Jatuh adalah semacam buku prekuel tersendiri, sementara Akar hingga IEP merupakan satu-kesatuan. Hal ini dijawab di IEP dengan menyatakan bahwa orang-orang yang terlibat dalam KPBJ sesungguhnya adalah satu gugus tersendiri, gugus Kandara, yang dianggap gagal lepas landas karena melakukan blunder atas prakarsa Bintang Jatuh (Diva) sejak mereka berada di gugusnya (sebelum kelahiran). Jadi, bisa dibilang KPBJ adalah contoh kesadaran spiritual yang gagal mewujud, jadi dalam Akar dan buku-buku selanjutnya, Dee menceritakan pada kita bagaimana proses pencerahan yang seharusnya terjadi--meski susah payah--melalui Alfa dkk.
Fakta ini menarik perhatian saya karena hal paling remeh sedunia yang bikin saya protes sejak zaman dahulu kala: kenapa hanya KPBJ yang setting-nya murni di Indonesia sementara Akar dan seterusnya pasti mendapatkan pencerahan spiritual di luar negeri? Oke, Petir juga murni di Indonesia, tapi si Elektra juga yang paling mudah dipengaruhi Sarvara di gugusnya. Apa dengan ini Dee ingin menggugat masyarakat Indonesia yang masih terjerat dalam ketuhanan superfisial--karena itu Kandara yang harusnya lahir di Indonesia jadi melakukan blunder? Atau Dee ingin menggugat mental instan masyarakat Indonesia dengan pembelotan gugus Kandara yang berusaha radikal tapi akhirnya terkooptasi oleh sistem penguasa (Sarvara)? Sampai sekarang saya tidak bisa menerka hal yang paling mendekati, tapi saya suka dengan keputusan membuat blunder gugus Kandara--walau memang sayang akhirnya blunder, berhubung saya paling suka KPBJ.
Dan apa yang akan terjadi pada gugus Kandara setelah ini? Di akhir cerita, sepertinya ada kesan bahwa hidup(?) takkan berakhir baik buat mereka, tapi tak ada yang dijelaskan lebih lanjut. Pembaca diminta untuk menerka sendiri apa yang akan terjadi pada mereka. Yah setidaknya bisa dijadikan bahan fanfiksi spekulatif.
Kira-kira begitulan analisis singkat yang bisa saya rangkum di sini. Terima kasih untuk Dee karena telah menggenapkan seri ini dan salut atas risetnya yang luar biasa detail. Saya rasa, terlepas dari bagaimana cara pembaca menikmatinya, buku ini patut diberikan apresiasi yang besar untuk segala usahanya menjadi seperti sekarang.
Kalau ada yang mau berteori dan berdiskusi dengan saya mengenai seri ini, terutama soal pertanyaan tak terjawab saya, yuk, ngobrol di kolom komentar!
It's a BIG SPOILER! *BLEDHAR! XD
ReplyDelete*not that I mind *lelelelel XD
Jadi inspirasi besar Supernova itu dari Serat Gatholoco? Hueh, udah bacakah dirimu Yuu? 0___0 Dee sendiri yang bilang kalau dia dapat ide dari situ?
Kalau Sarvara ternyata higher being... kedengarannya jadi pola Human Vs God ya? *kaya Evangelion n Xenogears? Kirain Sarvara itu dark being gitu. Lha ternyata... 0_0
So sejak di Asko pun Diva alias Bintang Jatuh udah jadi biang masalah ya? XD
Bukan murni dari Gatholoco, sih, Ai. Lebih tepatnya referensinya dari paham spiritualisme universal. Aku pakai Gatholoco karena buku Spiritualisme terakhir yang kubaca itu, tapi bisa juga kok cari di internet. Sama aja kukira hasilnya.
DeleteIyo, mirip Evangelion, tapi Angel-nya bentuknya nggak unik bin ajaib, tapi manusia biasa. Dan Diva itu Kaworu Nagisa. hahahaha.
Hooo, bacaanmu makin sangar, Yuu XD
DeleteAku kayaknya udah pernah download itu sih. Tapi yah... seperti biasa XD Belum sempat dibaca. Dari ulasa di atas baru tahu kalau itu ada hubungannya sama ajarannya Siti Jenar.
Kaworu Nagisa yang sering dipairingin sama tokoh utama itu kan XD Huahahahahahha...
Aku nangkapnya Savara as a higher being jadi kaya konsep dewa dalam beberapa mitologi kuno. Dewa tapi bukan Tuhan. Semacam higher being yg dikasih wewenang lebih, tapi akhirnya keenakan dan akhirnya beberapa jadi bitter sama manusia XD
Btw, penasaran di IEP soal hilangnya ayah Zarah dibahas ga? Portal yg dia punya di Partikel itu macam dimensi menuju yg kayak Asko?
Iya di buku juga disebutin kalau mereka higher being yang pada awalnya disebut dewa bumi, tapi pada akhirnya mereka sendiri pun berasal dari ruh ilahiah yang sama dengan Peretas dan Infiltran, jadi ya.... nggak ada gunanya dualitas dewa-manusia atau tuhan-manusia atau bahkan trinitas bapa-putera-roh kudus, misalnya. Karena manusia dan tuhan itu satu. Kira-kira gitu deh. Itu yang diomongin si Bodhi setelah sadar, sih. Jadi kukira maksudnya Dee dengan bikin Supernova kayak pakai mitologi-mitologi kuno itu adalah untuk bilang kalau dewa-dewa dan tuhan-tuhan yang disembah manusia itu sebenarnya satu dan sama, ya itu-itu aja, cuma beda di nama.
DeleteAyahnya Zarah dibahas kok di IEP.
For a first, makasih reviewnya, saya jadi punya sudut pandang baru tentang buku ini, soalnya saya belum pernah baca Gatholoco atau buku-buku lain yang disebutkan di sini xD
ReplyDeleteSebenarnya saya penasaran kenapa KPBJ adalah gugus yang gagal(?) Padahal, Reuben dan Dimas yang sudah bersinggungan langsung dengan Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh justru malah membantu gugus Asko. Buat saya, ideologi yang dicetuskan Diva dan sekolahnya sejalan dengan pemikiran "menyadarkan manusia". Meskipun entah untuk anggota gugus lainnya.
Entah kenapa, tapi beberapa tokoh yang saya sukai justru berasal dari Sarvara XD Ishtar, misalnya. Kadang saya mangkel dengan tokoh-tokoh dari gugus Asko, karena sepertinya nasib mereka kelewat beruntung (Alfa terutama).
Terus, kalau ternyata Sarvara, Peretas, dan Infiltran adalah substansi bumi sendiri, sebenarnya apa yang dilihat Ayah Zarah?
Terakhir, apa Reuben dan Dimas tetap tidak punya nama belakang? x'D
Ini cuma perkiraan saya, sih, tapi kalau dikembalikan ke teori spiritualisme universal, sepertinya itu karena Diva ingin membuat orang-orang "sadar" sendiri dalam proses massive, sementara kalau dari budaya yogic, kesadaran universal itu perlu proses dan bimbingan (Infiltran). Sarvara dan Infiltran sudah tahu kalau kesadaran massive tanpa bimbingan itu nggak akan berlangsung lama efeknya, cuma meledak sekejap, lalu kembali ditelan "logika duniawi". Makanya Infiltran yang paling sebel sama gugus Kandara (mereka yang bagian membimbing), sementara Sarvara malah cari untung. lol. Tapi memang agak betek sih kenapa gugus yang gagal adalah gugus yang stay di Indonesia, jadi kayak bilang Indonesia kurang kesadaran spiritual. *sedih*
DeleteKelewat beruntung banget, memang. Saya juga sebel terutama sama nasib Zahra dan Alfa. Favorit saya cuma Bodhi di gugus Asko, sisanya saya suka orang-orang gugus Kandara. X'D
Saya udah lupa apa yang dilihat ayahnya Zarah hng... buku Partikel sayangnya masih dipinjam. :'D Soal Reuben dan Dimas, biarlah mereka menjadi nama belakang masing-masing. #ihiw
Halo, kak
ReplyDeletePermisi, salam kenal, nama saya Eka Nur'Aini
mahasiswa semester 8 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Malang angkatan tahun 2014.
semester ini saya mengambil mata kuliah skripsi dimana bahan kajian saya adalah resepsi pembaca terhadap novel Intelegensi Embun Pagi karya Dewi Lestari.
saya memohon ijin menggunakan ulasan anda untuk dijadikan data dalam skripsi saya, selain itu saya juga meminta tolong kepada saudara semoga berkenan mengisi data berikut sebagai bahan tambahan untuk skripsi saya.
Nama (memohon semoga dapat diisi dengan nama asli, walaupun sekedar nama panggilannya):
usia:
jenis kelamin
pendidikan terakhir:
pekerjaan:
pengalaman buku bacaan (novel atau buku sastra):
asal daerah:
pesan ini saya buat dengan sejujurnya dan semoga niat baik ini juga dapat ditanggapi dengan baik. saya mohon maaf jika mengganggu dan ada yang salah, serta berterima kasih atas perhatiannya