Skip to main content

[Review] Istana Mimpi



Judul: Istana Mimpi
Penulis: Ismail Kadare
Penerbit: Serambi
Tahun cetakan: 2012
Jenis: Paperback
ISBN: 9789790243682



Tabir Sarrail

Mark-Alem adalah anggota termuda keluarga Quprili yang baru saja mendapat penugasan di Tabir Sarrail, atau yang lebih dikenal dengan Istana Mimpi, tempat pemerintah mengumpulkan dan menafsirkan mimpi rakyatnya. Keluarga Quprili merupakan keluarga besar nomor satu di Kekhalifahan Ustmani Turki, namun hubungan keluarga itu dengan pemerintah bisa dibilang dilematis. Anggota keluarga Quprili selalu mempunyai dua pilihan nasib ekstrem: menjadi pucuk pimpinan Kekhalifahan atau jatuh sehina-hinanya sebagai pengkhianat bangsa. Berusaha menghindari nasib buruk yang ditakdirkan kepada keluarga Quprili, ibu Mark-Alem meminta bantuan kakaknya yang seorang Wazir (Perdana Menteri) untuk memilihkan pekerjaan bagi putranya. Sang Wazir menyarankan Mark-Alem bekerja untuk Tabir Sarrail, satu-satunya tempat yang belum pernah dimasuki oleh keluarga Quprili. Ibu Mark-Alem setuju karena menurutnya Tabir Sarrail adalah satu-satunya tempat yang lepas dari percekcokan politik dunia nyata, dan di sanalah akhirnya Mark-Alem bekerja.

Di Tabir Sarrail, Mark-Alem, dengan rekomendasi pamannya, langsung ditempatkan di bagian Penyortiran, tidak seperti umumnya pekerja yang mulai dari bagian Penerimaan atau Penyalinan. Tugasnya adalah menyortir mimpi-mimpi menjadi dua kategori besar: mimpi personal dan mimpi yang berhubungan dengan kelangsungan negara. Tapi hanya dalam waktu beberapa bulan, dia dipindahkan ke bagian Tafsir, bagian utama dalam Tabir Sarrail. Mendapat kenaikan pangkat dengan begitu cepat, bahkan sebelum dia paham benar bagaimana cara kerja penafsiran mimpi, Mark-Alem mulai meragukan keberadaannya di tempat itu. Terutama ketika desas-desus mengenai gonjang-ganjing politik yang melibatkan keluarga Quprili mulai kembali terdengar dan tugas para penafsirlah untuk mencari mimpi-mimpi yang akan menentukan nasib bangsa, Mark-Alem mempertanyakan alasannya berada di dalam Tabir Sarrail. Benarkah Istana Mimpi selalu berada di luar lingkaran percekcokan politik pemerintahan? Dan apa sebenarnya tujuan pamannya, sang Wazir, memasukkannya ke Istana Mimpi tersebut--untuk menyelamatkannya atau menjadikannya bidak catur kekuasaan keluarga Quprili?

Keluarga Quprili

Berbeda dari novel-novel fantasi umumnya yang didominasi oleh budaya Eropa dan Amerika, novel ini mengusung budaya Timur Tengah dengan paham Islamnya yang kental, termasuk masalah tafsir mimpi. Penggunaan tema tafsir mimpi ini unik dan anehnya memang belum ada yang terpikirkan untuk menggunakannya--kecuali Ismail Kadare, tentu. Tafsir mimpi adalah jenis kegiatan yang paling awal dilakukan oleh manusia untuk menandai alam dan emosi manusia. Catatan awal dilakukannya tafsir mimpi sudah ada sejak zaman kerajaan Babilonia, dan terus berkembang hingga ke praktik psikologi klasik. Beberapa psikolog psikoanalis sampai sekarang masih menggunakan mimpi sebagai acuan, dengan berpegang pada teori Freud dan Jung, dua psikoanalis kenamaan dunia.

Keluarga Quprili yang menjadi sentral dalam novel ini adalah keluarga yang benar-benar eksis pada zaman kekhalifahan Ustmani Turki. Keluarga ini--namanya menjadi Koprulu dalam cara penulisan Turki--adalah keluarga asli dari Albania yang menyumbangkan enam Wazir Agung bagi kekhalifahan yang membantu Kerajaan Turki menuju puncak kejayaan hingga disebut-sebut sebagai Koprulu Era (1656-1703).

Koprulu Mahmet Pasha, pendiri dinasti Quprili (Koprulu)
sekaligus Wazir Agung pertama keluarga Quprili

Tidak dijelaskan pada era pemerintahan Wazir Agung Quprili yang mana novel ini berlangsung. Pembaca hanya bisa menerka-nerka dari beberapa petunjuk yang diberikan sepanjang buku tersebut. Di novel dikatakan bahwa posisi politik keluarga Quprili kerap mendapat guncangan dari kekhalifahan, dan semua itu seringkali disebabkan oleh tafsir mimpi dari Tabir Sarrail. Setiap tahunnya, Tabir Sarrail akan memilih satu mimpi utama yang berhubungan dengan Kekhalifahan. Sialnya, seringkali hasil tafsiran mimpi itu merujuk pada keluarga Quprili yang memegang kekuasaan.

Hal yang menarik dari novel ini adalah bagaimana pemerintah begitu menguasai sebuah negara hingga memonitor alam bawah sadar manusia. Bukan hanya itu, mimpi dijadikan patokan untuk permainan politik, tafsir mimpi yang absurd menjadi komoditas untuk menegakkan kekuasaan, dan dari semua itu, rakyat mendapat tekanan bahkan hanya untuk bermimpi, sesuatu yang seharusnya menjadi tempat manusia merasa paling bebas.

Istana Mimpi

Penulisan Ismail Kadare sangat luwes dan mengalir, dengan menekankan kesan misterius dari Tabir Sarrail yang penuh lorong, sunyi, dingin, dan menyesatkan. Di seluruh buku kita akan terus dihadapkan pada kebingungan Mark-Alem dalam menghadapi Istana Mimpi, dan begitu mencapai akhir, semua pertanyaan dan penjelasan dibuka hingga membuat pembaca merasa seolah baru saja terbangun dari mimpi buruk yang panjang. Rasa mencekam dalam novel ini tidak seperti rasa mencekam dalam novel-novel thriller atau misteri, tapi lebih kepada ketegangan karena keabsurdan dunia ala novel-novel realisme-magis (novelnya Haruki Murakami atau Gabriel Garcia Marquez). Kita tidak akan tegang atau tercengang, tapi tanpa sadar pembaca akan terus membalik halaman tanpa henti untuk mencari tahu ada apa sebenarnya di dunia novel ini. Gaya penulisan seperti ini sesungguhnya bisa menimbulkan kebosanan, tapi karena Kadare menyajikannya dengan begitu nikmat, didukung terjemahan yang lumayan (terutama karena diputuskan memakai istilah-istilah dengan penulisan Indonesia, seperti Ustmani dan Wazir), saya bisa menikmati novel ini hingga selesai.

Mungkin novel ini akan lebih enak dibaca oleh mereka yang paham tentang sejarah Turki Ustmani dan budaya Islam, terutama budaya Islam timur tengah pada abad pertengahan. Tapi sedikit googling untuk mencari tahu secara umum saya rasa sudah lumayan mumpuni. Bagaimana pun, salut untuk Ismail Kadare yang menulis kisah fantasi sejarah dengan menggunakan akar budaya timur tengah yang jarang bisa ditemukan di antara tumpukan novel-novel bangsa Eropa dan Amerika. Unik dan mantap dengan caranya sendiri. Sangat pantas memenangkan penghargaan Man Booker Prize, dan menjadi nominasi peraih Nobel Sastra.

Saya akan coba mencari novel Kadare yang lain yang juga sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia, Piramid. Konon yang itu lebih ciamik terjemahannya.

Comments

Popular posts from this blog

[Review] A Little Life

Judul: A Little Life Penulis: Hanya Yanagihara Penerbit: Doubleday Tahun cetakan: 2015 Jenis: ebook Tebal: 669 halaman ISBN: 9780385539265 PERHATIAN: Buku ini memiliki beberapa trigger yang mungkin akan dapat memengaruhi kondisi mental pembaca yang pernah/sedang mengalami isu-isu sensitif--perkosaan, penganiayaan fisik dan seksual, kekerasan pada anak, kecanduan obat-obatan, penyakit kejiwaan serta kecenderungan bunuh diri. Jika memiliki salah satu dari trigger yang disebutkan, disarankan untuk tidak membaca buku ini atau membaca dengan pantauan orang sekitar.

[Review] Majapahit : Sandyakala Rajasawangsa

Judul : Majapahit: Sandyakala Rajasawangsa (Majapahit #1) Penulis : Langit Kresna Hariadi Penerbit : Bentang Pustaka Tahun cetakan : 2012 Jenis : Paperback ISBN : 9786028811811 Rating : 3,5/5 Saya sangat menyukai seri Gajah Mada dari Pak LKH, tapi sewaktu saya berniat mengoleksinya, bersama seri Candi Murca, buku-bukunya kebanyakan sudah tidak beredar lagi. Sewaktu ingin tanya-tanya ke bapak penulisnya langsung tentang kedua seri tersebut, saya menemukan kalau LKH ternyata menerbitkan seri terbarunya, Majapahit. Karena saya suka Gajah Mada, sang mahapatih Majapahit itu, maka saya juga jadi berminat pada seri baru ini karena penasaran kisah apa yang akan diusung olehnya, mengingat sepertinya kondisi kerajaan Majapahit sudah cukup banyak terkaver dalam seri Gajah Mada. Jadi, dimulai dari manakah kisah kerajaan terbesar Indonesia ini?

[Review] A Room of One's Own

Judul: A Room of One's Own Penulis: Virginia Woolf Penerbit: Harcourt Tahun cetakan: 1989 Jenis: Paperback ISBN: 9780156787338