Akhirnya Rabu lagi!
Pekan kedua saya ikut meme ini, dan apa yang mau ditulis minggu ini sudah dirancang bahkan sejak hari Jum'at minggu lalu. lol.
Jadi, hari Jum'at kemarin saya dan salah satu teman di twitter, Kak Nilla, membicarakan tentang novel sastra klasik Indonesia. Saya, yang habis gila-gilaan beli trilogi Tripartite-nya Isabel Allende di toko buku online (Putri Keberuntungan, Potret Warna Sepia, dan Rumah Arwah), tiba-tiba kepingin beli Ronggeng Dukuh Paruk.... tapi tidak bertahan lama, karena setelah ngobrol-ngobrol dengan Kak Nilla, saya diingatkan lagi akan novel sastra klasik Indonesia yang sudah lama saya cari-cari. Here it is:
Pekan kedua saya ikut meme ini, dan apa yang mau ditulis minggu ini sudah dirancang bahkan sejak hari Jum'at minggu lalu. lol.
Jadi, hari Jum'at kemarin saya dan salah satu teman di twitter, Kak Nilla, membicarakan tentang novel sastra klasik Indonesia. Saya, yang habis gila-gilaan beli trilogi Tripartite-nya Isabel Allende di toko buku online (Putri Keberuntungan, Potret Warna Sepia, dan Rumah Arwah), tiba-tiba kepingin beli Ronggeng Dukuh Paruk.... tapi tidak bertahan lama, karena setelah ngobrol-ngobrol dengan Kak Nilla, saya diingatkan lagi akan novel sastra klasik Indonesia yang sudah lama saya cari-cari. Here it is:
Centhini: Kekasih yang Tersembunyi karangan Elizabeth Inandiak. Edisi yang ini adalah versi kumpulan dari edisi lamanya yang dipecah jadi 4 volume yang diterbitkan oleh Galang Press pada rentang tahun 2004-2008--Empat Puluh Malam dan Satunya Hujan, Minggatnya Cebolang, Ia yang Memikul Raganya, dan Nafsu Terakhir. Penerbit Babad Alas kemudian menyatukan kisahnya di dalam satu buku pada tahun 2008.
Centhini ini diterjemahkan dari bahasa Perancis. Lho, tadi katanya ini naskah sastra klasik Indonesia? Kok diterjemahkan dari bahasa Perancis? Berarti sastra Perancis, dong! Weits, tunggu dulu. Saya nggak salah, kok. Centhini ini memang naskah klasik Indonesia, lebih tepatnya naskah klasik Jawa. Naskah aslinya berjudul Serat Centhini, sebuah kitab tembang 12 volume yang ditulis pada tahun 1814. Wooo, klasik, kan?
Lalu, kalau memang ini sastra Indonesia--atau Jawa--kenapa Centhini ini justru dialibahasakan dari bahasa Perancis? Jawabannya simpel, karena tidak ada orang Indonesia yang ingin menerjemahkannya. Sebagian sastrais menolak menerjemahkannya ke bahasa Indonesia dengan alasan bahwa naskah tersebut terlalu vulgar, sementara para sastrais Jawa juga menolak menerjemahkannya karena menganggap kisah ini terlalu suci. Akhirnya, yang pertama kali menggubah naskah klasik ini menjadi sebuah prosa lirikal modern adalah Elizabeth Inandiak, seorang Prancis. Baru kemudian ada pihak Indonesia yang menerjemahkan karyanya ini, lalu disusul oleh Sunardian Wirodono yang juga membuat versi prosanya pada tahun 2009. Lucu, ya?
Tentang apa, sih, Centhini ini? Sebenarnya Serat Centhini adalah kumpulan wejangan-wejangan dan mitos-mitos serta kebudayaan Jawa yang ditulis dalam bentuk tembang (lagu). Bagi yang tertarik untuk mempelajari kultur Jawa, atau yang tertarik mengenai studi perempuan, buku ini sangat dianjurkan dibaca. Bahkan dosen kelas Feminis saya menyebut buku ini sebagai buku yang benar-benar "perempuan Jawa", karena yang menjadi sentral kisah di sini adalah mengenai Tembangraras yang baru menikah dengan Syekh Amongraga dan selama 40 hari pernikahannya mendapatkan pengetahuan dari suaminya tentang hikayat-hikayat Jawa--di atas ranjang, no less.
Masalahnya, buku ini sulit sekali dicari, setidaknya Centhini yang karangan Inandiak. Centhini karangan Sunardian Wirodono mungkin masih bisa saya cari kalau saya menghubungi pnerbitnya--yang makin aktif--tapi sayangnya konon yang versi Sunardian kalah jauh dengan yang versi Inandiak. Kak Nilla pun selalu bilang bahwa yang dia mau adalah yang versi Inandiak. Titik. Jadi saya pun ketularan hanya menginginkan baca Centhini yang karyanya Inandiak.
Di perpus kampus saya sebenarnya ada, tapi yang lengkap justru Serat Centhini yang asli, yang masih pakai bahasa Jawa ruwet mbuh lah opo iku artine. Untuk versi tulisan Inandiak, perpus kampus saya ada yang terbitan Galang Press, tapi dengan buku kedua raib dari haribaan. Sebenarnya jika searching di gugel pun, ada cukup banyak toko buku online yang menjual buku ini, tapi konon begitu dipesan, dua minggu kemudian uang kembali dengan ucapan minta maaf karena ternyata stok kosong.
Jadi, yah, sampai saat ini masih wishlist. Semoga suatu saat ada yang mau menjual buku ini ke saya.
Apa wishful wednesday-mu?
1. Follow Books to Share atau tambahkan di blogroll/bloglink-mu.
2. Buat postingan mengenai buku-buku (boleh lebih dari satu) atau segala hal yang berhubungan dengan kebutuhan bookish kalian, yang jadi inceran minggu ini, mulai dari yang akan segera dibeli, sampai yang hanya sebatas mimpi. Oya, sertakan juga alasan kenapa buku/benda itu masuk wishlist kalian, ya!
3. Tinggalkan link postingan kalian di Mr. Linky (ada di setiap postingan WW Mbak Astrid). Kalau mau, silakan tambahkan button Wishful Wednesday di blog kalian.
4. Mari berkunjung ke sesama blogger yang telah share wishlistnya di hari Rabu! =)
1. Follow Books to Share atau tambahkan di blogroll/bloglink-mu.
2. Buat postingan mengenai buku-buku (boleh lebih dari satu) atau segala hal yang berhubungan dengan kebutuhan bookish kalian, yang jadi inceran minggu ini, mulai dari yang akan segera dibeli, sampai yang hanya sebatas mimpi. Oya, sertakan juga alasan kenapa buku/benda itu masuk wishlist kalian, ya!
3. Tinggalkan link postingan kalian di Mr. Linky (ada di setiap postingan WW Mbak Astrid). Kalau mau, silakan tambahkan button Wishful Wednesday di blog kalian.
4. Mari berkunjung ke sesama blogger yang telah share wishlistnya di hari Rabu! =)
Semoga terkabul ya! ;)
ReplyDelete@lucktygs
http://luckty.wordpress.com/2013/08/20/wishful-wednesday-22-tetralogi-fashion/
Amiin. Makasih sudah bertandang. :)
Delete1814? Udah lama banget :O
ReplyDeleteSemoga terkabul ya :)
hehe. ini lebih cocoknya disebut naskah klasik atau naskah kuno, ya? :p
DeleteMakasiih. :D
miris ih.. masa orang perancis yg lebih semangat nerjemahin dr bhs jawa :(
ReplyDeletesaya jd pengen baca juga..
ya kan? miris juga denger alasan kenapa sastrais Indonesia nggak mau terjemahin. :(
DeleteSemoga ketemu bukunya, kalau mau baca. hehe. soalnya ya itu, buku ini langka banget. x___x
keren banget nih WW nya buku langka yang udah susah dicari :) semoga ada jalan terbuka untuk mendapatkannya ya :)
ReplyDeleteAmiiin. Kalo ada info soal buku ini tolong ingat saya ya, mbak. :'D
Delete