Skip to main content

Scene on Three #1


Hehe. Saya ikut satu meme lagi, buat nambah-nambahin isi blog biar nggak monoton isinya review muluk. Kali ini saya coba ikutan meme Scene on Three-nya Mbak B'Zee yang diadakan setiap tanggal yang mengandung angka 3. Dan karena hari ini tanggal 23 Agustus, maka saya memutuskan untuk ikut perdana. yeeeeeey!

Scene on Three adalah meme sharing quotes/scenes favorit dari buku yang sedang dibaca saat ini. Untuk yang perdana ini, saya ingin menulis tentang beberapa paragraf (panjang) terakhir dari buku keren yang baru saja selesai saya baca : The Motorcycle Diaries.


"Masalahnya adalah," katanya melanjutkan, "Orang-orang itu perlu dididik dan mereka tidak dapat melakukannya sebelum meraih kekuasaan. Mereka hanya bisa belajar dari kesalahan-kesalahan mereka dan ini sangat berbahaya dan akan memakan banyak korban tak berdosa. Atau mungkin tidak, mungkin orang-orang itu bukannya tak berdosa karena mereka termasuk dalam kelompok orang yang melakukan dosa besar contra natura; dengan kata lain, mereka kurang mampu beradaptasi. Mereka semua, yakni yang tak bisa beradaptasi - misalnya engkau dan aku - akan mengutuk kekuasaan yang mereka bantu kelahirannya dengan banyak pengorbanan. Revolusi adalah impersonal, jadi ia akan memakan korban dan ia bahkan menggunakan memori mereka sebagai contoh atau sebagai instrumen untuk mengontrol anak-anak muda yang datang setelah mereka. Dosaku lebih besar karena aku, yang lebih berpengalaman dan lebih cerdik, atau sebut apa saja yang kau suka, akan mati membawa kesadaran bahwa pengorbananku selama ini ternyata lahir dari kekerasan kepala yang melambangkan peradaban kita yang ambruk membusuk. Aku juga tahu - dan ini tidak akan mengubah perjalanan sejarah atau kesanmu terhadapku - bahwa kalian akan mati dengan tangan terkepal dan rahang mengeras yang merupakan perwujudan sempurna dari kebencian dan perjuangan, sebab kalian bukan simbol (contoh tak bernyawa), kalian adalah anggota otentik dari masyarakat yang musti dihancurkan; semangat kerja keras terpancar melalui mulut kalian dan melalui aksi-aksi kalian. Kalian sama bergunanya dengan aku, tetapi kalian tidak tahu betapa bergunanya kontribusi kalian kepada masyarakat yang mengorbankan kalian." 
Aku melihat giginya dan seringainya yang lucu saat ia meramalkan sejarah ini. Aku merasakan jabatan tangannya dan mendengar ucapan selamat tinggalnya yang seperti bisikan di kejauhan. Malam itu, yang terlipat saat kata-kata orang itu menyentuhnya, kini menyelubungi sekitarku lagi, menyelimutiku. Apapun yang dikatakan orang itu sekarang aku tahu.... Aku tahu bahwa saat seseorang pembimbing besar memecah manusia menjadi dua bagian yang berlawanan, aku akan tetap bersama rakyat. Dan aku tahu itu karena aku melihat jejaknya di malam hari sehingga aku, sang pengurai doktrin eklektik dan sang psikoanalis dogma, dengan berteriak seperti orang kesurupan, akan menyerang barikade-barikade dan parit-parit pertahanan, akan melumuri senjataku dengan darah dan, dengan kemarahan yang meluap, aku akan membantai setiap musuh yang ada di hadapanku. Dan kemudian, seolah-olah keletihan luar biasa menghabiskan kegembiraanku, aku melihat diriku dikorbankan untuk revolusi yang autentik, revolusi besar yang menghilangkan perbedaan individu, yang mengabarkan teladan mea culpa. Aku merasa cuping hidungku membesar, menghirup bau mesiu dan darah yang menyengat; aku siapkan tubuhku, bersiap untuk bertempur, dan menyiapkan diri untuk menjadi wadah suci tempat teriakan keras proletariat yang berjaya dapat bergema dengan kesegaran dan harapan baru.

Paragraf ini menjadi penutup yang dahsyat dari diari perjalanan Che Guevara, sekaligus menjadi semacam ramalan masa depan akan apa yang terjadi dalam hidup Che Guevara selanjutnya. Saat membaca paragraf ini di akhir bab, setelah pengalaman membaca sebuah otobiografi yang mengesankan dari seorang tokoh besar revolusi dunia, paragraf ini membuat saya merinding dengan semangat. Saya sendiri juga (merasa) seorang anak muda, dengan semangat yang menggebu-gebu untuk memberontak dan mengubah sistem yang menurut saya pantas diubah. Membaca dua paragraf ini membuat saya menghayati bagaimana pemikiran-pemikiran tokoh revolusioner sepertinya dan Gie -- yang saya baca sebelumnya.

Bagi beberapa--banyak?--orang, mungkin pemikiran tokoh-tokoh revolusioner--dan juga martir peradaban--seperti Gie dan Che Guevara tidak mampu mereka cerna; untuk apa hidup demi pergulatan proletarian? Untuk apa begitu selfless, berjuang demi suatu sistem yang terus-menerus berubah, tanpa kenal lelah, membuang segala fasilitas yang tersedia di depan mata hanya demi sebuah perjuangan? Bukankah manusia di dunia ini hidup dengan menghindari segala macam rasa sakit kehidupan?

Melihat orang-orang yang terus berjuang demi rakyat seperti Che Guevara--dia mendapat jabatan politis yang cukup tinggi di Kuba, tempatnya memenangkan revolusi dengan gemilang, namun demi prinsipnya ia melepaskan jabatannya dan kembali bertempur bersama rakyat hingga akhir hayatnya--rasanya seperti melihat seorang tolol yang pantas dikagumi: mengerti, kan?-- seseorang yang terlalu mengagumkan sehingga seolah tidak nyata, dan akhirnya kita yang manusia biasa ini hanya bisa mengatainya tolol karena mampu sampai seperti itu. Saya ingin bisa menjadi seperti Che Guevara--saya ingin menjadi orang tolol sepertinya. Sialnya, jiwa pemalas saya sepertinya sulit diajak untuk bergerak ke arah sana. haha.

Ingin juga membagi kalimat-kalimat yang membuatmu kagum?

1. Tuliskan suatu adegan atau deskripsi pemandangan/manusia/situasi/kota dan sebagainya ke dalam suatu post.
2. Jelaskan mengapa adegan atau deskripsi itu menarik, menurut versi kalian masing-masing.
3. Jangan lupa cantumkan button Scene on Three di dalam post dengan link menuju blog Bacaan B'Zee. (saya masih belum tahu gimana cara bikin yang ini *blogger nubi*)
4. Masukkan link post kalian ke link tools yang ada di bawah post Scene on Three Bacaan B'Zee, sekalian saling mengunjungi peserta yang lain.
5. Meme ini dilaksanakan setiap tanggal yang mengandung angka tiga, sesuai dengan ketersediaan tanggal di bulan tersebut (tanggal 3, 13, 23, 30, dan 31).

Comments

  1. Pas banget momennya bulan Agustus gini, bisa jadi bahan perenungan juga :')

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe. Kebetulan memang saya lagi baca banyak buku perjuangan bulan ini, sekalian buat bikin esai buat lomba. :p

      Delete
  2. Aduh, saya harus mengaku dosa bahwa saya tidak begitu suka membaca biografi kecuali benar-benar untuk kepentingan tertentu. Tapi saya sendiri juga suka membaca pikiran-pikiran yang dituliskan oleh orang lain. Dan membaca kutipan ini saya bisa lebih tahu sedikit tentang Che Guevara. Pikiran-pikirannya sendiri tentang sebuah revolusi. Dan bahwa ia benar-benar melakukannya dengan kesadaran bukan sekedar ikut-ikutan dan akibat semangat muda yang terlalu menggebu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya juga jarang, kok. Ini kebetulan aja belakangan ini lagi dapet buku biografi. :p

      Buku ini tipis dan kecil, kok, kalau ingin baca, dan nggak bikin bosan seperti kebanyakan biografi. (ups)

      Delete
  3. waduh kata-katanya berat, penuh istilah. Saya juga sama jarang baca biografi atau non fiksi. Selalu kagum sama tokoh yg berjiwa huminatarian.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Indeed. Orang-orang yang berprinsip membela kemanusiaan pemikirannya kadang-kadang memang terkesan sinting namun mengagumkan. haha.

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

[Review] A Little Life

Judul: A Little Life Penulis: Hanya Yanagihara Penerbit: Doubleday Tahun cetakan: 2015 Jenis: ebook Tebal: 669 halaman ISBN: 9780385539265 PERHATIAN: Buku ini memiliki beberapa trigger yang mungkin akan dapat memengaruhi kondisi mental pembaca yang pernah/sedang mengalami isu-isu sensitif--perkosaan, penganiayaan fisik dan seksual, kekerasan pada anak, kecanduan obat-obatan, penyakit kejiwaan serta kecenderungan bunuh diri. Jika memiliki salah satu dari trigger yang disebutkan, disarankan untuk tidak membaca buku ini atau membaca dengan pantauan orang sekitar.

[Review] Majapahit : Sandyakala Rajasawangsa

Judul : Majapahit: Sandyakala Rajasawangsa (Majapahit #1) Penulis : Langit Kresna Hariadi Penerbit : Bentang Pustaka Tahun cetakan : 2012 Jenis : Paperback ISBN : 9786028811811 Rating : 3,5/5 Saya sangat menyukai seri Gajah Mada dari Pak LKH, tapi sewaktu saya berniat mengoleksinya, bersama seri Candi Murca, buku-bukunya kebanyakan sudah tidak beredar lagi. Sewaktu ingin tanya-tanya ke bapak penulisnya langsung tentang kedua seri tersebut, saya menemukan kalau LKH ternyata menerbitkan seri terbarunya, Majapahit. Karena saya suka Gajah Mada, sang mahapatih Majapahit itu, maka saya juga jadi berminat pada seri baru ini karena penasaran kisah apa yang akan diusung olehnya, mengingat sepertinya kondisi kerajaan Majapahit sudah cukup banyak terkaver dalam seri Gajah Mada. Jadi, dimulai dari manakah kisah kerajaan terbesar Indonesia ini?

[Review] A Room of One's Own

Judul: A Room of One's Own Penulis: Virginia Woolf Penerbit: Harcourt Tahun cetakan: 1989 Jenis: Paperback ISBN: 9780156787338