What it means to be a queer in South East Asia? Globalization has brought awareness and movement on many social justice issues, including awareness and movement for LGBTQ+ community. But while in western part of the globe LGBTQ+ right begin to move towards better acknowledgement by law, the eastern part got a whole different story. Not only that, the experience of LGBTQ+ community in ASEAN is both culturally and socially different than what most people know about LGBTQ+ community from the western perspective. This sometimes can cause conflict amongst the community itself because of the different takes on identity and experience perspective, and in turn can potentially harms the work towards better LGBTQ+ rights in ASEAN region. Not to mention, the lack of studies and research in this particular topic often makes advocacy to local queer community also challenged. ASEAN Queer Imaginings was published to give voices to ASEAN queer community and researchers, to build the bridge of und...
Halo! Wah, rasanya sudah lama sekali saya tidak menulis di sini. Jujur saja, sejak terakhir saya membuat post tentang buku, saya sedang merasa stuck --baik dengan blog ini, maupun dengan hobi membaca saya. Pada akhir 2017, saya merasa bahwa sebagai book blogger , jika ingin menjadi book blogger yang baik maka saya harus rajin membuat ulasan buku-buku yang fresh . Saya dibutuhkan banyak membeli dan membaca buku-buku tersebut, kalau bisa punya buku fisiknya pula untuk difoto. Jujur saja, hal ini membuat rumah saya pernah dalam kondisi overload buku. Saya tidak tahu harus saya kemanakan buku-buku yang sudah saya baca selain ditumpuk begitu saja. Dijual? Tidak semuanya laku. Dibarter? Tidak semua judul juga menemukan jodohnya. Keuangan pun besar pasak daripada tiang. Kalau besar pasaknya untuk buku-buku yang tidak saya beli demi tren semata, mungkin masih ada perasaan untung, tetapi ini tidak! Setelah menyadari ini, hasrat saya untuk melanjutkan blog makin lama makin hilang. Saya b...