Judul : The Catcher in The Rye (Novel Amarah Anak Muda)
Penulis : J.D. Salinger
Penerbit : Banana Publisher
Tahun cetakan : 2005
Jenis : Paperback
ISBN : 9799998603
Rating : 4/5
The Catcher in The Rye sudah lama menarik minat saya karena embel-embel isu menarik yang beredar di seputaran novel ini--dan juga jadi blurb di kaver belakang terjemahan Banana--mengenai "Mengapa pembunuh-pembunuh terkenal sangat menyukai dan terinspirasi dari buku ini?" Tadinya saya kira buku ini berkisah seputar pembunuh bayaran atau semacamnya, ternyata bukan. Novel ini hanya bercerita tentang beberapa momen dalam kehidupan seorang anak muda. Nah, lalu apa yang membuat banyak pembunuh terinspirasi oleh novel ini hingga konon buku ini sempat dilarang beredar di perpustakaan sekolah di US, hanya untuk beberapa tahun kemudian menjadi bacaan wajib dari pelajaran telaah literatur para pelajar di negeri Paman Sam tersebut?
Masalah sekolah....
Seperti yang disebutkan sebelumnya, The Catcher in The Rye adalah sebuah cerita yang menangkap beberapa momen dalam hidup Holden Caufield saat dia berusia 16 tahun. Diceritakan, Holden adalah anak kedua dari empat bersaudara yang dilahirkan di tengah keluarga berkecukupan. Namun, tidak seperti saudara-saudaranya yang lain, Holden selalu dikeluarkan dari sekolahnya karena nilainya yang selalu jeblok atau karena dia membuat masalah di sekolahnya. Karena tidak ingin mengecewakan orangtuanya jika mereka tahu akhirnya ia juga dikeluarkan dari sekolah terakhirnya, Pencey Prep, Holden akhirnya membiarkan dirinya menggelandang--atau tidak benar-benar menggelandang, karena dia terus tidur di hotel--di jalanan New York dan memikirkan mengenai kehidupannya dan dunia di sekitarnya, serta masa depan yang dia inginkan untuk dirinya sendiri.
Masalah keluarga....
Dari kalimat pembukaan dalam novel ini, pembaca dapat mendapat gambaran bahwa saat menceritakan kisahnya, Holden tengah berada di semacam tempat rehabilitasi--atau mungkin juga rumah sakit jiwa. Dari tempat itu ia menceritakan tentang hal-hal yang memicu keberadaannya di tempat tersebut, dimulai dari saat ia dikeluarkan dari Pencey Prep. Dan memang semakin lama kisah ini berubah dari skeptisisme menjadi depresif. Saat masih menceritakan mengenai Pencey Prep, cerita Holden masihlah ringan dengan bumbu sarkasme ala remaja, namun sejak dia mulai berkeliaran di jalanan New York, pikiran-pikiran Holden berubah dari sarkasme menjadi amarah dan kekecewaan terhadap dunia yang ditinggalinya, lalu di penghujung cerita, pembaca akan melihat Holden yang telah memasuki masa depresinya.
Masalah Holden sebenarnya bermula dari pandangannya akan segala kemunafikan yang dimiliki oleh teman-teman dan orang dewasa di sekitarnya. Holden menganggap semua orang adalah munafik, dan bahwa yang murni di dunia ini hanyalah anak-anak--karena itu dia sangat dekat dengan mendiang adiknya, Allie, dan juga adik bungsunya, Phoebe. Bagi sebagian orang, sikap Holden ini mungkin membuatnya menjadi tokoh yang menyebalkan. Saya melihat banyaknya review jelek mengenai buku ini karena mereka merasa Holden terlalu pengeluh dan pembenci--yang memang benar adanya, satu buku ini memang penuh berisi semua keluhan Holden tentang dunia sekitarnya.
"Allie, jangan biarkan aku hilang. Allie, jangan biarkan aku hilang. Allie, jangan biarkan aku hilang. Aku mohon, Allie." (hal. 278)
Bagi yang sudah sebal terhadap Holden di pertengahan cerita, tentunya tidak akan menyadari bahwa jawaban dari semua masalah Holden yang ada di paruh akhir buku. Novel ini sebenarnya membahas mengenai penolakan Holden untuk beranjak dewasa dan menerima kenyataan hidupnya. Pendapatnya mengenai orang dewasa yang penuh kepalsuan dan kemunafikan membuatnya tidak ingin melalui masa SMA-nya, dimana perlahan dia harus menerima kenyataan bahwa "dunia memang penuh kepalsuan" dan berusaha bertahan hidup dengan menyesuaikan dirinya. Holden ingin terus menjadi anak-anak, yang tidak perlu khawatir akan segala masalah dunia, dan kenyataan bahwa dirinya harus memasuki dunia yang dibencinya perlahan menjerumuskannya ke dalam lembah depresi.
"Musim gugur ini aku merasa bahwa kamu akan jatuh--ini kejatuhan yang tidak biasa, ini mengerikan." (hal. 264)
Buku ini sebenarnya akan lebih "nyaman" dibaca oleh orang-orang yang memiliki dasar pemikiran skeptis dan kritis. Dan memang pola itu saya temukan dalam review teman-teman saya mengenai novel ini. Mereka yang kesehariannya skeptis dan kritis--entah seorang aktivis kampus, atau hanya orang yang sinis--memang rata-rata menilai buku ini tinggi. Pun demikian dengan teman-teman saya yang sangat positif dan menyukai hidup yang "tanpa (mencari) masalah", mereka terganggu dengan segala keluhan Holden dan kemudian menilai rendah buku ini. Karena memang buku ini menceritakan mengenai pola pikir seorang skeptis dan pesimis, jadi lagi-lagi, hanya orang-orang yang memiliki pemikiran sama yang akan mampu memahami jalan ceritanya. Bukan berarti yang tidak skeptis tidak boleh membacanya, hanya saja ada kemungkinan mereka yang tidak skeptis tidak akan terlalu menikmati buku ini.
Masalah kehidupan....
Novel ini sebenarnya mungkin bisa mendapat poin penuh dari saya kalau bukan karena dua hal; satu, karena kovernya yang agak mengingatkan saya pada buku komik porno lawas yang pernah dibawa teman SMA saya, dan dua, karena entah kenapa bahasa terjemahannya agak kurang pas dengan selera saya. Saya rasa penerjemah sudah cukup baik berusaha mengalihbahasakan novel ini dengan pemilihan kata yang tidak kaku--karena mungkin naskah aslinya juga tidak menggunakan bahasa yang kaku--tapi lagi-lagi, pemilihan katanya agak kurang sesuai dengan selera saya.
Terlepas dari semua itu, saya menyukai isinya, dan beruntung saya membacanya ketika saya tengah memasuki masa depresi panjang, karena hal itu membuat saya sangat menikmati novel ini dan mampu ikut terbawa emosi seperti layaknya Holden. Dan untungnya juga saya tidak menyerah membaca di tengah jalan, karena ternyata memang semua jawaban baru bisa didapat jika kita menyelesaikannya hingga akhir.
Jadi, menurut kalian apa yang membuat buku ini menginspirasi para pembunuh ternama tersebut? :D
Ayu sepertinya suka dengan tema2 depresi ya :P
ReplyDeleteKalau yang sebaliknya buku motivasi, ada niatan? #cumapenasaran
BTW, blognya ganti template hadi hitam. And welcome to BBI :D
Iya, mbak. haha. saya memang lagi banyak cari bahan soal depresi dan bunuh diri, buat skripsi sekaligus buat paper konferensi. eh terus jadi keterusan baca yang depresi2. :p
Deletelagipula sastra klasik kebanyakan temanya depresif, imo.
ini sebenernya masa uji coba karena yang lalu kesannya.... masih terlalu default. tapi mau bikin yang unyu-unyu kayak punya Mbak Lina atau Mbak Ren... sense warna saya lebih ke warna gelap (padahal pengen banget punya blog unyu).
Makasih, Mbaak. Mohon bantuannya~ :D
Ya Allah covernya dan judulnya....(salah fokus)
ReplyDeleteberapaan yuk? udah lama pingin baca ini juga dan gak tahu klo diterbitin di Indo (._. )
bwahahahak. aku juga bilang hal yang sama kayak kamu pas pertama paket bukunya dateng. XD
DeleteNgg... berapa ya? aku lupa, Mid. ini beli sama buntelan Banana yg diskon 50% waktu itu. Pokoknya ingetnya 100rb dapet 5 buku. .___.
Kalo mau tau harga aslinya add FB-nya Mas Sigit Pracoyo aja, Mid. Dia marketernya Banana, dan notes-nya isinya harga-harga buku Banana.
Saya mesti berterima kasih pada pemilik blog ini. kenapa? Saya bisa tahu dimana bisa mendapatkan buku2 terbitan banana pub yang sekian lama saya cari. oia, buku ini sangat keren. sayangnya, bukuku hilang pas setelah tas saya dicuri (jadi curhat yah...hihihi), dan parahnya buku itu belum sempat selesai kubaca dan hadiah dari seorang temanku.
ReplyDelete:)
salam kenal.
Salam kenal. Senang bisa membantu. Aww, semoga bisa dapat bukunya lagi. :')
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeletekira-kira novel apa saja yang bertema depresif seperti ini?
ReplyDeleteNovel klasik biasanya banyak yang temanya depresif, kayak Crime and Punishment-nya Dostoevsky atau Lapar-nya Knut Hamsun.
Delete