Judul : Warna-Warni Lelaki
Penulis : Nur Hasyim
Penerbit : Rifka Annisa
Tahun cetakan : 2010
Tahun cetakan : 2010
Jenis : Paperback
ISBN : 9793142243
Rating : 3/5
Apa, sih, laki-laki itu? Bagaimana makhluk-makhluk yang dibilang lelaki ini sebenarnya? Walaupun definisi laki-laki sebenarnya hanyalah "manusia yang mempunyai penis", tapi pengertian akan kata laki-laki ini telah bercampur sedemikian rupa dengan konstruksi sosial di masyarakat. Lingkungan sosial membuat kata laki-laki menjadi seolah wajib dibarengi dengan berbagai kata sifat yang mutlak harus dipatuhi. Jika tidak memilikinya? Masih akan dianggap sebagai lelaki, tentu, walau harus rela tidak diberi titel "sejati" di belakangnya.
Pernah melihat laki-laki bertutur kata lembut dan gemulai namun masih menyukai perempuan? Pernah kenal dengan laki-laki yang ke salon? Pernah memergoki seorang laki-laki macho yang homoseksual? Atau, pernah bertemu dengan laki-laki yang memasak di rumah dan mengurus anak-anaknya? Mereka sebenarnya semuanya adalah laki-laki, namun entah kenapa sosok mereka seringkali mendapat pandangan merendahkan dari orang-orang di lingkungan mereka, hanya karena mereka tidak mendominasi, macho, dan kasar.
Nur Hasyim memulai bukunya dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut. Selama ini laki-laki dianggap identik dengan kekerasan, keteguhan, dan kekasaran. Oleh karena itu muncul gerakan feminisme, yang menolak mengenai "penguasaan" perempuan oleh sistem patriarki yang selalu menjadikan laki-laki di atas awan. Timbulnya feminisme juga menjadi semacam menjadikan posisi perempuan dan laki-laki sebagai dua kubu yang seolah berlawanan--dengan perempuan yang menjadi korban. Dalam buku ini, Nur Hasyim mengajak pembaca untuk menyadari, bahwa sistem patriarki tidak hanya merugikan perempuan, tapi juga laki-laki.
Saya menemukan buku ini sewaktu beres-beres gudang Yayasan Pulih. Langsung saya ambil karena judulnya, dan karena penerbitnya: Rifka Annisa. Rifka Annisa adalah sebuah lembaga Woman Crisis Center di Yogyakarta. Sejak beberapa tahun lalu, Rifka Annisa mulai gencar melakukan progam "Gerakan Laki-Laki Baru" dan "Men Againts Violence" yang dipimpin oleh penulis buku ini. Fokus program tersebut adalah untuk memberikan edukasi pada masyarakat tentang peran serta laki-laki dalam mengurangi tingkat kekerasan dan kejahatan pada perempuan. Sudah cukup lama saya ingin punya kesempatan bertandang ke Rifka Annisa untuk terlibat dalam program-programya. Jadi begitu menemukan buku ini, tentu saja saya girang bukan main.
Terdiri dari duapuluhan bab, buku saku nan tipis ini membahas mengenai stereotip-stereotip yang berlaku dalam dunia lelaki, dan "penyimpangan" macam apa di sana. Topik yang dibahas seputar laki-laki dan kekerasan, bapak rumah tangga, dan lelaki metroseksual. Semuanya dibahas dengan padat dalam buku setebal 136 halaman ini.
Sayangnya, karena bukunya tipis, jadinya setiap bab hanya mendapat jatah empat halaman saja, sebuah jumlah yang sangat kurang, menurut saya, untuk bisa menjelaskan lebih dalam mengenai isu-isu yang diangkat. Penulisnya sendiri lebih sering dalam setiap babnya hanya memasukkan tentang gambaran isu dan penjelasan singkat, lalu untuk solusinya dikembalikan kepada pembaca. Pun kata penutup di setiap babnya terkesan tanggung dan tidak memuaskan. Cukup disayangkan, mengingat buku ini mempunyai potensi untuk dikembangkan lebih lanjut.
Nur Hasyim memulai bukunya dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut. Selama ini laki-laki dianggap identik dengan kekerasan, keteguhan, dan kekasaran. Oleh karena itu muncul gerakan feminisme, yang menolak mengenai "penguasaan" perempuan oleh sistem patriarki yang selalu menjadikan laki-laki di atas awan. Timbulnya feminisme juga menjadi semacam menjadikan posisi perempuan dan laki-laki sebagai dua kubu yang seolah berlawanan--dengan perempuan yang menjadi korban. Dalam buku ini, Nur Hasyim mengajak pembaca untuk menyadari, bahwa sistem patriarki tidak hanya merugikan perempuan, tapi juga laki-laki.
Saya menemukan buku ini sewaktu beres-beres gudang Yayasan Pulih. Langsung saya ambil karena judulnya, dan karena penerbitnya: Rifka Annisa. Rifka Annisa adalah sebuah lembaga Woman Crisis Center di Yogyakarta. Sejak beberapa tahun lalu, Rifka Annisa mulai gencar melakukan progam "Gerakan Laki-Laki Baru" dan "Men Againts Violence" yang dipimpin oleh penulis buku ini. Fokus program tersebut adalah untuk memberikan edukasi pada masyarakat tentang peran serta laki-laki dalam mengurangi tingkat kekerasan dan kejahatan pada perempuan. Sudah cukup lama saya ingin punya kesempatan bertandang ke Rifka Annisa untuk terlibat dalam program-programya. Jadi begitu menemukan buku ini, tentu saja saya girang bukan main.
Terdiri dari duapuluhan bab, buku saku nan tipis ini membahas mengenai stereotip-stereotip yang berlaku dalam dunia lelaki, dan "penyimpangan" macam apa di sana. Topik yang dibahas seputar laki-laki dan kekerasan, bapak rumah tangga, dan lelaki metroseksual. Semuanya dibahas dengan padat dalam buku setebal 136 halaman ini.
Sayangnya, karena bukunya tipis, jadinya setiap bab hanya mendapat jatah empat halaman saja, sebuah jumlah yang sangat kurang, menurut saya, untuk bisa menjelaskan lebih dalam mengenai isu-isu yang diangkat. Penulisnya sendiri lebih sering dalam setiap babnya hanya memasukkan tentang gambaran isu dan penjelasan singkat, lalu untuk solusinya dikembalikan kepada pembaca. Pun kata penutup di setiap babnya terkesan tanggung dan tidak memuaskan. Cukup disayangkan, mengingat buku ini mempunyai potensi untuk dikembangkan lebih lanjut.
Comments
Post a Comment