Judul : The Actor and The Earl (The Actor and The Earl #1)
Penulis : Rebecca Cohen
Penerbit : Dreamspinner Press
Tahun Cetakan : 2012
Jenis : ebook
ISBN : 1623801508
Rating : 4/5
Ebook ini sebenarnya hasil donlot buta begitu penerbit Dreamspinner memajang beberapa judul M/M hisrom secara gratis atawa free. Dari semua judul yang dipajang, saya hanya donlot ebook ini dan satu ebook lain karena hanya dua itu yang blurb-nya menarik minat saya. Eh tapi setelah didonlot, lagi-lagi karena hectic tugas dan segala macam, akhirnya sama seperti ebook-ebook saya yang lain, novel ini juga teronggok tak berdaya di dalam hardisk. Baru setelah niat membaca novel m/m saya kembali--dan karena mengejar target reading challenge di Goodreads--akhirnya saya mengubek hardisk dan memutuskan untuk membaca novel ini.
*Review ini kemungkinan akan berisi konten yang tidak sesuai untuk mereka yang belum mencapai usia 18 tahun.
The Actor
Sebastian Hewel menyukai hidupnya sebagai seorang aktor teater meskipun itu berarti menjalani masa-masa kehidupan yang sulit dan membuatnya tidak diakui sebagai anggota keluarga oleh paman yang merawatnya. Namun entah kenapa Sebastian selalu mendapat peran sebagai pemeran utama wanita, dan usianya yang sudah hampir 20 tahun membuatnya terlalu tua untuk dapat bermain peran menjadi wanita dengan mengesankan. Perannya sebagai Beatrice dalam drama terbarunya bisa jadi merupakan lakon terakhir yang dapat ia perankan dengan baik. Ia sudah siap mencari pekerjaan baru yang lebih sesuai baginya ketika sepupunya, Claire, menawarinya sebuah peran untuk seumur hidup.
Claire datang menemuinya dan mengabarkan bahwa saudari kembarnya, Bronwyn, telah kawin lari dengan anak seorang pandai besi di saat dirinya telah dijodohkan dengan Earl Crofton, seorang bangsawan anak emas Ratu yang terkenal sebagai casanova dalam lingkungan bangsawan Inggris. Karena nama baik keluarga pamannya dipertaruhkan jika tiba-tiba mengatakan bahwa calon istri bagi Lord Crofton telah kawin lari, Claire meminta Sebastian untuk menyamar sebagai Bronwyn setidaknya hingga hari pernikahan, lalu setelah itu Claire akan membuat seolah-olah Bronwyn sakit dan meninggal. Demi menebus hutang mendiang ayahnya pada pamannya, Sebastian menuruti kemauan Claire dengan berat hati. Tapi ternyata rencana Claire seketika gagal saat Lord Crofton segera mengenali Sebastian dalam sekali perjumpaan, dan justru sepakat untuk ikut bermain peran dalam drama kehidupan yang menjadikan seluruh London panggung bagi kisah mereka.
The Earl
Saya belum pernah membaca cerita-cerita bergenre historical romance sebelumnya, baik cerita romens straight ataupun m/m karena menurut saya masa feodal Eropa itu adalah masa di mana peran perempuan di masyarakat masih terlalu konvensional--dan damn, saya anti banget sama tokoh cewek konvensional. Saya sendiri juga lumayan awam dengan budaya Inggris pada masa Ratu Elizabeth. Saya sering mendengar bahwa komunitas gay pernah berkembang di masa feodal Inggris, tapi tidak tahu pasti apakah itu pada masa Victorian atau Elizabethan yang jelas pada masa heboh Jack The Ripper, komunitas homoseksual juga tengah berkembang. Karena keawaman saya, jadi saya tidak akan menyinggung masalah akurasi fakta dan kondisi sejarah dalam novel ini. Anggap saja pada masa Elizabethan keberadaan kaum homoseksual telah berkembang dalam masyarakat Inggris. :p
Walaupun saya belum pernah membaca novel hisrom, tapi saya lumayan sering membaca naskah klasik dan cara mereka menggunakan kata-kata. Harus saya akui, membaca novel ini tidak menampilkan kesan klasik seperti yang biasanya saya tangkap saat membaca naskah klasik, lebih sering hanya seperti membaca novel populer yang memiliki setting klasik dan menyelipkan beberapa kata-kata yang umum diucapkan dalam setting klasik. Apakah memang kisah hisrom semuanya seperti itu, saya tidak tahu dan belum punya pembanding dalam menilai, jadi lagi-lagi masalah diksi akan saya biarkan berlalu dalam kesunyian. Tapi saya suka flow dari narasi kisah ini, nggak sesimpel novel m/m yang umumnya berat di dialog, tapi juga nggak penuh deskripsi yang bikin pusing. Singkatnya, proporsi show and tell dalam novel ini pas untuk selera saya.
Mengenai karakter, saya suka baik karakter Sebastian maupun Anthony, bahkan Anthony dan ke-gentle-annya sudah saya nobatkan sebagai book boyfriend nomor wahid bagi saya untuk tahun ini. Anthony jadi casanova kaum bangsawan Inggris bukan sekedar cerita semata, ternyata, bahkan reader pun terhanyut sama Anthony (aiiih). Sayangnya, chemistry dari Sebastian dan Anthony menurut saya terlalu drama, benar-benar tipe klasik perempuan-akan-tersungkur-terduduk-saat-sedih-dan-sang-lelaki-akan-segera-berjongkok-khawatir-akan-keadaannya. Maksudnya, oke, kalau ini romens straight antara laki-laki dan perempuan konvensional, saya bisa mewajarkan, atau kalau ini hanya terjadi saat Sebastian menjadi Bronwyn, itu pun tidak masalah. Tapi ketika drama berlangsung bahkan sampai saat Sebastian menjadi dirinya sendiri? Dan lagi, anehnya Sebastian yang laki-laki dibuat benar-benar seperti tokoh heroine dalam naskah romens straight, sementara tokoh yang benar-benar berjenis kelamin perempuan di sekitar Sebastian--seperti Bronwyn dan Claire--justru dibuat, well, berangasan. This is really an epitome of penised-female.
Ada sedikit masalah dengan ketidakrealistisan setting cerita. Dikatakan kalangan sosialita Inggris senang bergosip dan suka ikut campur, tapi anehnya Sebastian tetap dipercaya sebagai Bronwyn padahal saudari kembarnya masih hidup dan masih ada di sekitaran Inggris juga, seharusnya cepat atau lambat seseorang dari kalangan bangsawan--yang tak terhitung jumlahnya di Inggris--akan bertemu Bronwyn yang asli. Juga, ketika ada bagian di mana Bronwyn yang asli datang untuk 'menyamar' sebagai istri Anthony agar sesekali si kembar ini dapat terlihat bersama, aneh sekali jika tidak seorang pun yang menganggap janggal keberbedaan Lady Bronwyn dengan yang sebelumnya (saat diperankan oleh Sebastian). Meskipun si kembar ini identik dalam hal rupa, tapi toh tentu suara mereka sedikit-banyak akan berbeda? Apalagi Sebastian adalah laki-laki, yang jelas akan punya suara yang lebih dalam daripada Bronwyn yang perempuan. Terlepas dari apa pun, seharusnya tidak mungkin kehadiran Bronwyn yang asli tidak menimbulkan sedikit rasa heran dari para tamu yang mengunjungi Crofton Hall.
The Actor or The Lady
Pengalaman pertama saya dengan genre hisrom, meskipun m/m, cukup bagus. Mungkin ini karena kebetulan saya mendapatkan cerita yang bagus atau mungkin memang genre ini bisa saya tolerir, entahlah. Yang jelas dengan membaca novel ini, saya jadi buru-buru ingin membaca sekuelnya. Dan mungkin, setelah kesuksesan saya membaca novel ini hingga tamat, berarti saya bisa membaca novel hisrom straight dengan selamat juga--semoga.
Lalu sepertinya niat saya membaca novel m/m sudah kembali lagi.... haruskah saya bikin blog buku terpisah untuk memasukkan review-review khusus novel m/m? Karena kalau dicampur di sini takutnya menimbulkan fitnah(?).
Comments
Post a Comment